whitesoldier wrote:
Hi guys,
Mungkin postingan gue nggak terlalu spesifik banget tentang masalah coming out, tapi kalo mo dihubung2in ya ada aja si
Gini, gue akhir2 ini sering banget keilangan arah. gue sering nggak tau kemana si gue musti pergi, apa yang gue inginkan, n rasanya ada something yang bikin gue berat mo melangkah dan mencapai apa yang gue inginkan. Gue nggak tau pasti, apakah ini karena ke-gay-an gue, ato karena gue nya aja yang lg krisis identitas ya? Duh bingung ni, gue ni knp ya? Apa karena gue terlalu sering mikirin orintasi seksual gue ya? Jadi tenaga gue, pikiran gue abis cmn kesitu doang? Kalo gini terus, gmn gue bisa nerima diri gue sendiri ya? Duh, asli bingung deh.. Could you help me please guys?
Oya satu lagi ni guys, gimana kalo misalnya kita seorang teacher, educator, ato pendidik, ato apalah namanya itu, ternyata adalah seorang gay? Kalo misalnya kita coming out (dengan sadar ataupun karena ketahuan terus terpaksa coming out), apakah itu baik? Mengingat profesi kita yang menuntut kita jadi teladan buat murid2 ato mhs2 kita. How do you think about it guys? (Imagine like Kilby in "Ini Dia Hidup" novel by Ezinky, if you've already read it.)
Thanks guys!
kokujo wrote:
Dear whitesoldier,
kebingunganmu banyak dialami oleh orang2 di masa modern ini,tidak hanya PLU aja. Lazimnya disebut neurosis noogenic atau frustrasi eksistensial. Jangan panik dulu, meski ada namanya, tapi tidak semengerikan yang dibayangkan orang.
Ini bukan penyakit, lebih tepat disebut sebagai "kecemasan yang timbul dari kehampaan atau kekosongan makna hidup."Pada titik ini, orang biasanya mulai mempertanyakan makna hidup ini: Darimana saya berasal, untuk apa saya ada di dunia ini, dan kemana tujuan perjalanan saya berakhir.
Di satu sisi apa yang disarankan James ada benarnya: Makna hidup bersifat unik untuk tiap orang, dan orang lain tidak bisa memaksakan makna hidupnya bagi orang lain. Ia harus menemukannya sendiri makna hidupnya.Meski demikian, sangat boleh dan tidak dilarang untuk belajar dari masukan orang lain, bahkan bisa saja mengikuti arahan orang lain manakala itu yang terbaik bagi kita. Saya sendiri menyebut makna hidup pribadi saya sebagai "panggilan jiwa". Nah, sekarang cobalah direnungkan, adakah saat2 dimana anda merasa amat bahagia, dimana pada saat itu anda benar2 merasa bahwa hidup anda tidak sia2, dan untuk mengemban misi inilah anda hidup? Jika anda bisa mengingat bahwa anda pernah memiliki saat2 itu, mungkin di sanalah panggilan jiwa anda.
Di dunia homoseksual, masing2 orang menyambut panggilan masing2: Ada yang memperjuangkan hak2 kaum gay, ada yang berjuang 'mengembalikan' gay ke 'jalan yang benar', ada yang menuntun ke arah coming-out, ada juga yang berkreasi dan berprestasi dalam ke-gay-annya. Lantas,bagaimana dengan mereka yang mengikuti arus, menghanyutkannya dalam dunia penuh gonta-ganti pasangan dan variasi posisi hubungan seksual? Meski saya menghargai kebebasan tiap orang untuk berbuat sesuai kehendaknya, dengan menyesal saya katakan bahwa mereka hidupnya tidak bermakna. Mereka hanya'ada', tapi tidak 'mengada'. Untuk lebih jelasnya coba klik http://www.narth.com/docs/whitehead.html ,kemudian gunakan find untuk menemukan kata central.
Untuk lebih jelasnya,coba baca buku Logoterapi (E. Koswara), Man's Search for Meaning (Viktor Frankl), atau Meraih Hidup Bermakna (Hanna Djumhana Bastaman). Namun intinya, ibarat orang berjalan, kalau tidak menetapkan tujuan, bagaimana mungkin bisa terarah?
Soal pertanyaan anda yang kedua,... saya jadi berpikir jangan2 anda bukan gay,karena seorang gay pastilah memandang ke-gay-annya secara positif,meskipun di sisilain saya yakin bahwa anda tertarik kepada sesama jenis. Jika anda berpendapat bahwa menjadi gay (menjalin hubungan romansa dan seksual dengan sesama jenis, mendukung hak-2 gay) adalah salah, jelaskanlah bahwa anda memang tertarik padasesama jenisnamun tengah berusaha melawannya (non-gay). Namun jika anda berpendapat menjadi gay adalah OK, anda bisa menjelaskan bahwa anda adalah gay dan orang lain tidak harus setuju dengan pendapat yang anda miliki.
Itu dulu.
Kokujo
No comments:
Post a Comment