Thursday, June 26, 2008

A Random Rant

Religion - at it's best- is an answer to a question, that's already been answered. It has outlived it's usefulness, it no longer serves any purpose, it does more harm than good. Statistically the less Religious a society is, the more successful, advanced, and developed it tends to be, not to even mention all the violence and killing in God's name. Science has filled in the void that Religion used to, and does a better job at it! The more we learn about the universe, the more we see how wrong Religion is, the vast majority of scientists, doctors, physicists etc. are atheists.

Religion was born out of pure ignorance, and has evolved into a monster, it's costed thousands of years of wasted focus, eight-year olds today know more about nature, the universe, and science than the biggest scholars knew just a few hundred years ago. Just imagine if all the effort that went into writing books over the last few thousand years bisecting and dissecting every aspect of religious belief, was instead spent on understanding our beautiful universe, how different would our world be today?

The Bible is packed with inaccuracies, contradictions, inconsistencies, and fallacies, not to mention racism, homophobia, sexism, and violence. As an historical document, it doesn't match any other records, nor is there any evidence to back up it's claims. Today we pick and choose what we want to take literally and what not, and we explain away anything that doesn't fit our agenda.

It wasn't that long ago that Religion was the only way to explain all the things that science does so wonderfully today, yet millions of people still stubbornly cling to Religion, mostly out of sheer ignorance. Ask any five-year old, what do you do when you get a head-ache? You pop an aspirin. Well let's think about this for a minute, aspirin (or any other medicine) was discovered by doctors, and we accept it without doubt, yet when those same doctors tell us that we share between 97-99% of the same DNA with mice we laugh at them (I won't even mention the chimps). At what point do we choose not to believe what the doctors say? When I was a kid and we would to to go to the Museum of Natural History in NY, we would skip the areas covering human evolution, and dinosaurs, and instead go to the astronomy exhibits, and all the other animal galleries, or we would be told something silly like, "all the dinosaurs were killed in the Mabul". We trust the scientists, and biologists when they teach us about birds and fish, so why do we stop trusting them when they are talking about us?

I myself was once a firm believer in God, I would laugh at the notion that we share a common ancestor with modern apes. The earth is 4.5 billion years old? Ha! What a joke. I was ignorant, I had no frame of reference, I had never been to a science class, I had never read a book about evolution or the big bang, yet I mocked them. It's easy to laugh at these notions, if all you know is what you've been taught in Cheider and Yeshiva, but as I started to educate myself they became less and less laughable. It's too easy today to get information, through the web, books, documentaries and so on.

Believe me - once you have an understanding of nature, evolution and the universe, the silly fairy tales we were taught as a kid will seem like the joke they are.

Gay nikah jujur atau egois?


andra basangih wrote:

Beberapa waktu lalu gue kenal ama seseorang. Dia lumayan borju masih muda, punya kerjaan bagus. Dia memang terlahir dari keluarga kaya. Kita berbincang tentang banyak hal tapi lebih cenderung ke hobi, sampai kemudian dia bicara tentang tekadnya untuk menikah dengan bfnya di usia30. Dan sekarang mereka lagi nabung untuk beli rumah. Jujur gue kaget dengan rencana mereka. Saat gue tanya, gimana kalo ortunya marah atau gak ngijinin dengan enteng dia bilang, keluar rumah aja kan udah punya rumah sendiri! Awalnya gue berpikir, gila juga nih anak. Tapi setelah gue tahu kondisi keluarganya yang memang individualis banget gue jadi paham. bayangin aja ama adiknya aja gak pernah ngobrol apalagi curhat, pokoknya dah sama2 cuek.. Saat dia bilang kalo gue munafik karena gue gak mau terbuka, gue sedikit marah juga. Tapi buat apa?

Mungkin dia tidak akan pernah tahu gimana rasanya menyayangi keluarga dan hasrat untuk tidak membuat dia kecewa. Sebagai perbandingan dia mungkin tak pernah tahu gimana orang tuanya berjuang untuk menghidupi keluarga dan membiayayi sekolah karena semua serba ada. Tapi gue yang sedari kecil melihat gimana bokap tiap pagi buta pergi kesawah meskid alam keadaan sakit, terjemur panas matahari dan hujan, atau nyokap gue yang harus bangun jam4 tiap pagi agar gue bisa sarapan jam5.30 sebelum kesekolah? Atau kakak2 gue yang rela tidak bersekolah asal gue aja yang bisa lanjut terus bersekolah dengan harapan bisa memabwa nama baik keluarga? Apa saya bisa tega menghancurkan harapan mereka? Apakah tidak namanya egois kalau kita hanya menuruti kata hati kita tanpa memikirkan perasaan keluarga? Apakah ini sebuah pengorbanan yang berat? Dan apakah ini sudah sepadan dengan pengorbanan mereka? Mungkin saja saya tetap mereka sayangi meski mereka tahu saya Gay

tapi...kekecewaan tentu saja tetap akan membekas di hati mereka..

Ah, tentu saja saya juga ingin bersikap jujur tapi saya lebih memilih melihat orang2 disekeliling saya tetap merasa bahagia.

Semua pilihan tentu saja melalui sebuah pertimbangan menikah atau tidak adalah sebuah pilihan dengan berbagai resiko.

studioworks wrote:

gw mau kasih pendapat dikit yah...

ada sebagian orang yang bisa melakukan itu (keterbukaan) terhadap keluarganya, tapi di bagian lain lebih banyak yang tidak bisa terbuka dengan keluarga, diantaranya yah sebagai pertimbangan untuk kebahagiaan keluarga selama ini dan juga pertimbangan lain yang tidak mungkin tiap orang ungkapkan satu-persatu. ..

saya setuju dengan pendapat kamu yang lebih memilih untuk melihat situasi yang sudah baik dan tidak ingin merusaknya karena ingin pengakuan terhadap keluarga, tapi kita tidak bisa memvonis seseorang dengan kata kalo menikah sesama gay itu egois, dan tidak melihat keadaan keluarga.. dan apabila seseorang itu sdh bisa menata hidupnya dengan lebih baik bila dia menikah mungkin lebih baik , tapi kita jgn menyangkut pautkan karena keadaan /taraf hidup dia lebih baik dan kita tidak... tapi kita lihat dari kebesaran hatinya untuk mengungkapkan jati dirinya kepada keluarganya. . karena mungkin dengan begitu dia merasa lebih nyaman...

mungkin itu saja pendapat saya... kalo gak ada yang berkenan maaf deh...

thnx

Lelaki Apa Adanya wrote:

Untuk rekan studiowork,

harusnya anda tidak bisa menjudge rekan andra yang menilai pendapat temannya (bahkan andra sempat marah) dengan menyangkut pautkan keadaan ekonomi/taraf hidup. Lihat dulu apa yang jadi penyebab dia berkomentar seperti itu. Kalau yg saya lihat ia mengatakan itu lebih untuk mengungkapkan bahwa ia tidak mau mengecewakan keluarganya yang sudah susah payah membesarkannya di sela kesulitan ekonomi, lalu tiba2 ketika ia dewasa mengaku kalau ia gay, dan membuat keluarganya kecewa. Saya rasa itu hal wajar. Sama juga seperti yg saya alami. Mungkin keluarga saya termasuk yang konservatif, sehingga tidak akan pernah bagi saya untuk membuat pengakuan yang akhirnya membuat mereka kecewa. Saya rasa ini bukan masalah egois, munafik, jika kita tidak mau terbuka. Kita juga harus melihat orang2 di sekeliling kita, reaksi mereka seperti apa. Mungkin memang nyaman dan plong bila kita bisa terbuka. Tapi apa kita harus memaksakan diri jika kita tidak mungkin untuk terbuka (misal sama keluarga) dengan niat untuk tidak mengecewakan mereka. Saya lebih memilih tidak nyaman dan munafik selama tidak menyakiti orang-orang yang kita sayangi.

Harusnya kenalannya andra juga jangan mudah menjudge situasi yang berbeda pada tiap orang. Mungkin dia bisa terbuka karena keluargnya memang demokratis atau sebaliknya saking cueknya (hubungan mereka tidak dekat, individualis) sehingga untuk hal2 seperti ini semua diserahkan ke anaknya. Dan anak itu pun dengan entengnya bisa bilang "tinggal pindah rumah" jika diusir. Ia bisa bilang begitu karena sedang dalam kondisi mapan, ada BF (sedang tidak sendiri). Andaikan ia menempatkan diri sebagai orang yang tidak mapan, tidak punya rumah sendiri, sedangkan ia diusir karena telah terbuka? apa mau jadi gelandangan atau jauh dari keluarga yang telah membesarkannya?

Siapapun orangnya harusnya bisa menilai sesuatu dari sudut pandang orang lain, bisa memahami perasaan orang lain.

Tidak semua gay bisa hidup dengan terbuka, bebas mengekspresikan jati dirinya. Meskipun sekarang di Indonesia makin banyak gay yang terbuka, tapi tak dapat dipungkiri beberapa lingkungan baik lingkungan kerja, keluarga dsb belum bisa menerima kaum gay apalagi jika tahu salah satu anggota keluarganya, karyawannya dsb ternyata gay. Bagi yang ingin terbuka silahkan, bagi yang tetap ingin discreet juga pilihan mereka. Jangan mudah menilai munafik, egois atau apapun pada pilihan orang. Jika ingin menilai paling tidak berusaha memilah milah dan berusaha menempatkan posisi kita di posisi orang lain. Biarkan setiap individu hidup dengan opsinya masing masing....

Wednesday, June 25, 2008

Confessions of a Koifer

I'd like to welcome you into the office for my first session, let me get comfortable on the couch, collect my thoughts, and decide where to begin. Get yourself situated too - after all, I'm not paying you hundreds of dollars an hour to listen to me complain, so I might go on for a while. I'll start with what authors call "the hook", which is supposed to grab the reader so they don't put the book down till it's done, here goes.

I was born a little while ago in the west coast to a newlywed Orthodox Jewish couple. Four years and three more kids later, my parents decided that Washington state wasn't conducive to the ever more strict Orthodox life they where leading. So we moved to a quiet little Jewish culdesac in New Jersey. Jersey brought us two more kids, and an even more rigid lifestyle, but when that proved insufficient, we moved about an hour north, to the second largest Orthodox Jewish community in North America: Rockland County, New York. In the eighteen years that followed my parents had five more kids, (that's a grand total of 11 for those of you keeping track) married off six of us, and joined a group who - ironically - very closely resemble the Taliban - minus the homicidal and/or suicidal tendencies. In the meantime I got married, had a child of my own, was hired and fired from a couple jobs, opened and closed a couple businesses, tried but failed to go to college, moved twice, but in all that time I was a good Frum Jew.

And then all hell broke loose... In the few years since then, I have cut off my beard, cut of my payes, took off my yarmulka, and I am currently enlisted in the U.S. Army. I went from being a ma'amin to a koifer b'ikor, from a true believer to an atheist, from a hard-right conservative to a libertarian, from listening to Lipa Schmeltzer to listening to Linkin Park.

What happened? What changed? Was it an early mid-life crisis? Did I lose My Mind? Was I upset at my Rebbe's for hitting me? Am I doing all this just to piss off my parents? Am I sad inside, and just running away from myself? Maybe I'm just rebelling the way many kids do as young teenagers, and if so why did it take me this long do it? How could I go from sitting in Kollel, and representing the OK, to joining the Army. Rachmunah Litzlan! (All these are questions and suggestions that people have raised about me).

These and other topics is what I hope to sort out here with your help, you'll just have to excuse my grammar, this is a learn as we go operation. (Praise Xenu for spellcheck)

I have discovered that telling my story, is at once very relieving and emotionally draining. In addition to that, it's hard to relate all the details in one sitting, I'm hoping that this setting will help overcome these issues.

Thursday, June 19, 2008

poltergay


Pasti di antara kamu ada yang pernah ngebayangin gimana kalo hantu yang ngegangguin lo ternyata homo??

hehehehe...

kalo yang emang juga PLU mungkin bakal seneng banget dan mulai mikirin all that kinky stuff all this time you put under your bed. Tapi gimana kalo yang ngalaminnya straight. in relationship pula..

Mark & Emma diceritakan membeli sebuah mansion yang udah lama ga ditinggali. Ternyata mansion itu dulunya memiliki sebuah gay bar di bawah tanah yang meledak karena kerusakan pada mesin pembuat busa.

Keanehan-keanehan mulai terjadi ketika mark sering mendengar bunyi-bunyian tengah malam dan melihat lima cowo gay menari-nari di terasnya. Ternyata hanya Mark yang dapat melihat mereka. Banyak kekacauan yang terjadi, termasuk menjadi permasalahan dalam hubungan mark & emma.

Mulai dari memanggil pengusir hantu, dan lain-lain. sampai akhirnya sang hantu tergerak hatinya untuk membantu mengembalikan Emma kepada Mark.



in my opinion

gw sendiri lom sempet nonton filmya. secara di sini susah banget dapetin film yang up to date. cuman kalo baca reviewnya di internet, kesan komedi horor yang slapstick ala scary movie. itu yang dijual di sini

link video: http://www.youtube.com/watch?v=GkpH6WerfKM&feature=related

Sunday, June 15, 2008

4 years fighting for nothing



dida wrote:



entah bagaimana saya mengungkapkan apa yg saya rasakan belakangan ini
apalagi, tadi dia menegaskan lagi by phone ...

sedih, kecewa, marah, dll bercampur aduk

betapa tidak, belakangan ini dengan tanpa perasaan, mantan (apa iya 'mantan'? karena saya masih menganggap dia orang paling special dalam hidup saya) kembali menegaskan bahwa dia lebih menyukai sex tanpa perasaan daripada dengan saya

yg membuat saya sakit, bukan karena dia tidak mau lagi, tapi kenyataan bahwa selama ini dia berbohong
kalo dia tidak lagi having fun dengan laki2, OK, saya mendukung, makanya saya tidak keberatan kami putus baik2
malah, saya senang kalo dia memang full mengesampingkan naluri biseksnya

tapi ternyata dia bohong
itu alasan yg dia buat
ternyata, dia masih punya selingkuhan (laki2) yg bisa dia panggil kapan saja dia mau!
dan, itu dia katakan sendiri!

saya marah karena kebohongannya
kalo dia bilang bosen pada saya, it's ok. kurang puas, it's ok
tapi, kenapa harus bohong dengan bilang mau konsen ke urusan keluarga?

kebohongan lain, dia selalu bilang sibuk sekali
dia bilang tidak punya waktu di weekday, sehingga ketemu dengan saya (saat masih jalan) hanya di weekend sehingga saya menempatkan pernikahan saya dalam resiko besar, karena weekend yg harusnya waktu untuk istri, saya pakai (sebagian) buat dia
jelas, saya memilih cari alasan ke istri (yg pasti terasa dibuat2, apalagi oleh teman2 str8 yg juga istrinya di luar kota) ... untung, istri saya orangnya tabah! jadi dia tidak banyak tanya dan percaya saja alasan saya

sementara, si partner sex nya sekarang, justru tidak punya waktu di weekend, malah weekend ga mau diganggu karena untuk keluarga
jadi, ternyata dia bisa menyisihkan waktu di weekday, untuk sex bebasnya itu
kenapa dulu dengan saya ga bisa? bukankah harusnya dia ngerti bahwa weekend itu adalah waktu untuk istri saya? kenapa dia tidak bisa memahami kondisi saya setelah menikah?
padahal saya sangat memahami kondisi dia setelah menikah. harusnya pasangan yg sama2 sudah menikah adalah saling mendukung, agar sama2 terhindar dari kecurigaan istri masing2?

tambah kesel lagi, dia selalu menyalahkan saya apabila ada masalah dalam pernikahannya
padahal, justru saya yg menempatkan pernikahan saya dalam resiko
toh, saya tidak pernah mengganggu waktu dia dengan istrinya
saya juga tidak pernah menghubungi dia. baik sms atau telpon, karena takut dia sedang dengan istrinya ... saya hanya merespon sms atau telpon dia, karena itu artinya dia sedang leluasa
tapi, kalo ada masalah, dia menyalahkan saya!

masih sangat banyak kekecewaan dan kekesalan, yg belum saya ungkapkan
tapi, sudahlah

yg jelas, saya sangat kecewa dan kecewa
ternyata perjuangan saya selama bertahun2, mengistimewakan dia di atas siapapun
semua data penting (PIN ATM, PIN Pad, password, dll) saya gunakan tanggal lahir dia, tanggal kami mulai ketemu, dll
bahkan, seandainya saya diberi kepercayaan memiliki anak, saya sudah siapkan nama ... nama yg memuat nama dia ...

ah, ternyata itu hanya kebodohan saya saja

sia2 semua pengorbana saya untuk dia
memang, bukan pengorbanan materi, karena memang saya ga punya apa2
tapi sya nyaris mengorbankan perkawinan, waktu, kesetiaan, dll
betapa tidak, bagaimana akan ada orang yg bisa suka saya, kalo saya selalu menyebut2 'mantan' dalam setiap kesempatan? sehingga, teman2 baru ssaya kesl bukan kepalang ...
seolah tidak ada orang lain lagi di dunia ini, selain mantan ...itu kata teman2

memang tolol ya?

semua pengorbanan itu sia2

apakah saya memang manusia sebodoh itu? yg terbutakan oleh cinta?
ah, saya tidak tau lagi apa istilah untuk diri saya

yg jelas, setelah semuanya jelas
saya tidak ragu lagi untuk melupakan dia, selamanya
ternyata, dia bukan orang yg pantas untuk saya berikan cinta sebesar yg mampu saya beri

4 tahun berjuang untuk cinta, ternyata perjuangan itu sia2 ... NOL BESAR!

untuk teman2, hati2lah dengan CINTA

jangan berikan cintamu terlalu mendalam


untuk Si Mantan, ini yg bisa kukatakan sama kamu :

"kusadari, ku tak sempurna
ku tak seperti yg kau inginkan

kau hancurkan hatiku dengan sikapmu
tak tahukah kau telah menyakitiku

lelah hati ini meyakinkanmu
cinta ini .. "

tidak, cinta ini tidak membunuhku!

sekilas lagunya D'Masiv
tapi, cinta ini tidak akan membunuhku
justru dengan kenyataan itu, aku makin tegar!

thx telah menyadarkanku dari tidur lelap selama ini

mudah2an kamu mendapatkan cinta yg lebih besar dari cintaku padamu!

Saturday, June 14, 2008

AIDS Awareness



Tag, U're Queer!

do you want your blog listed on this site?

just simply e-mail your request with the URL of your site, and link to us.
make sure you have rss feed available from your blog.

or put this banner to your sidebar



Share your story

Kalo lo ada cerita / foto / artikel yang ingin dishare, yang berhubungan dengan kategori di samping, kamu bisa mengirimkannya ke queercurious@gmail.com

Sebelumnya kiriman lo bakal dimoderasi terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Harap diperhatiin, kami tidak mentolerir postingan yang berupa porno eksplisit dan cerita-cerita porno.

Atau lo juga bisa gabung di grup milis kita di sini...

Grup Google
Gabung sekarang...


Email:

ngga ada maksud ikut-ikutan atau malah berusaha nyaingin milis-milis gay yang udah ada..

tujuan utamanya hanya ingin mencari dukungan dari teman-teman untuk memberikan gambaran lebih baik tentang homoseksual di lingkungan masyarakat sehari-hari.

dengan mengumpulkan tulisan-tulisan berisi informasi dan sharing pengalaman, dan pendapat teman-teman dari milis ini nantinya.

posting-posting yang dirasa bermanfaat dan berhubungan dengan kegidupan gay dan orang-orang yang curious about it, akan ditampilkan juga di blog ini.

soal identitas, jangan khawatir, lo bisa menyetel bagaimana id lo ingin ditampilkan di milis dan di bog. kita ga akan mengekspos alamat imel para anggota.

Join the Boys Club

www.flickr.com


Lo cukup pede buat show off dan gabung di boys club? Kirimin aja foto lo yang paling hot ke queercurious@gmail.com atau gabung di grup kita di atas. Nantinya foto-foto bakal diseleksi dan tampil di boys club. But please noted, kita ngga bakal pasang foto-foto bugil, atau doing sex..

Ngirimin foto temen juga gpp kok, asal dah dapat persetujuan dari dia. U know what, to be in the boys club, doesn't suppose to be queer. Straight pun boleh narsis di sana...