Thursday, August 7, 2008

Joki Three In One Diincar Kaum Gay


JAKARTA (Pos Kota) – Pratik penyimpangan seks sesama lelaki bukan cuma dijumpai di kalangan usia dewasa tapi sudah merambah kalangan remaja. Sebagian di antaranya dari kelurga miskin.
Remaja keluarga miskin itu di antara menjadi joki 3 in 1 (three in one) dan anak jalanan (anjal). Boleh dibilang, remaja tersebut cuma menjadi korban pelampiasan nafsu pria dewasa sebagai gay.

Banyak kasus remaja jalanan telanjur menjadi korban gay dewasa. Komunitas anak telantar ini antara lain dapat ditemui di kawasan Stasiun dan Terminal Bis Senen, Gambir, Kalideres, Lapangan Banteng, Kawasan Wisata Jalan Jaksa, dan lainnya. Begitu pula remaja yang menjadi joki three in one (JTO) ditemukan di pangkalan mereka sekitar jalan menuju kawan pembatasan penumpang mobil pribadi minimal tiga orang atau three in one, termasuk di sekitar kawasan
Monas, Blok M, Ketapang, Jl. Samanhudi, Senayan, Dukuh Atas dan lokasi lainnya.

Remaja yang jadi joki ini terlihat sejak Pk. 07:00-10:00 pada pagi hari serta Pk. 16:30-19:00. Sebagian di antara mereka menjadi sasaran empuk kalangan gay. Beralasan menghindari razia polisi, gay doyan ngesek dengan remaja pria itu sengaja mencari yang berbadan macho untuk ikut mobilnya. Tujuannya, tentu saja hotel atau motel yang bisa dipakai untuk kencan.

Tidak semua joki mengidap homoseks, karena banyak juga yang menolak ajakan mesum pria bermobil. Tapi ada sejumlah joki yang menyanggupi permintaan mereka dengan alasan ekonomi.

Jika sudah cocok, si joki itu biasanya sering diajak kencan dengan janji bertemu lagi di suatu tempat. Mereka juga mengenalkan sang joki kepada rekan-rekan sesama gay.

Roy, remaja berwajah ganteng, kulit putih bersih itu, kemarin, mengaku pernah diajak gay untuk berkencan. Semula pemuda itu sempat menolak ajakan seorang gay ketika mangkal di sekitar Monas, Jakarta Pusat. Ia dijanjikan dapat bayaran besar, akhirnya setuju diajak
kencan.

"Saya sempat kaget ketika diajak main sama om-om itu, tapi karena saya butuh uang, saya maulah," kata Roy.
Dirinya mengaku berlanjut melayani permintaan sejumlah gay dan setiap kali berhubungan mendapat imbalan antara Rp150 ribu hingga Rp250 ribu. "Itu tergantung kitanya bisa memuaskan atau tidak. Jika dia puas, dia memberi uang lebih dan akan mengajak kita lagi,"
ungkapnya.

DIANCAM BUNUH

Lain lagi dengan Iwan, remaja belasan tahun yang menjadi joki dan mangkal di Jalan Pakubuwono VI, Kebayoran Baru, mengaku pernah dipaksa untuk melayani om-om yang memiliki kelainan seks. Ia sempat diancam akan dibunuh jika menolak.
"Karena takut ancaman pelaku, akhirnya saya terpaksa melayani," kata Iwan.

Kalangan gay memilih-milih remaja joki yang menjadi sasarannya. Setelah masuk ke dalam mobil, mereka mengajak ngobrol yang menjurus ke hubungan sejenis. Jika joki itu mau diajak bicara lebih jauh, bertanda sudah masuk dalam perangkapnya. Tentu saja iming-iming uang
besar dilancarkan guna memuluskan niatnya.

Lain halnya dengan Rahman, remaja joki yang biasa mengkal di sekitar Persimpangan Slipi menjelaskan, dirinya pernah ditawari seorang om-om kencan di hotel berbintang. "Emangnya saya cowok apaan, mau diajak gituan," katanya.

Mencuatnya gejala tersebut, Polda Metro Jaya kini mengincar sekitar 40 tempat yang menjadi lokasi pertemuan kaum gay ibukota dari lapisan bawah hingga atas. Ini dilakukan sekaligus untuk kepentingan penyelidikan dan identifikasi pasca terbongkarnya kasus pembunuhan sadis yang dilakukan oleh penjagal dari Jombang, Very Idam Henyansyah alias Ryan, 30, serta tewasnya karyawan Bank Mandiri, Ari, 49, di Apartemen Taman Rasuna, Jakarta Selatan.

Pengakuan dari kelompok gay diungkap Dion, 29. "Tidak semuanya gay berpikiran seperti Ryan. Kami juga bisa baik seperti manusia normal lainnya," katanya dijumpai di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Barat.

ANJAL JADI `KUCING' GAY

Kalangan anjal yang mengenal dunia gay umumnya disodomi secara paksa. Andi, 16, satu remaja kemayu (genit), mantan anjal yang kini menjadi 'kucing' atau pelayan seks kaum gay di sejumlah tempat hiburan Jakarta.

"Awalnya pantat terasa sakit sekali, tapi lama-lama biasa saja," ujar Andi mengenang pengalaman pertama disodomi preman di kawasan Stasiun KA Gambir, beberapa tahun lalu.

Dia kini sering mangkal di kawasan Jalan Jaksa, Jakpus, maupun tempat hiburan malam di sekitar Matraman.

Remaja berkuli putih yang dulunya tampak sebagai anak lelaki normal, kini gerak-geriknya menjadi lembut dan genit. Meski cuma mengenyam pendidikan sampai kelas lima SD, remaja asal Bogor, Jawa Barat ini lumayan fasih berbahasa Inggris. Sejak sering di-booking bule, anak broken-home ini telah meninggalkan matapencarian sebagai tukang semir sepatu.

Menurutnya, banyak teman sesama anjal disodomi preman pada tengah malam. Awalnya, mereka diajak 'ngelem' (mabuk dengan cara menghirup lem), setelah itu dipaksa melayani nafsu bejatnya.

"Beberapa tahun lalu, kami hidup menggelandang berlima. Semuanya pernah mengalami seperti itu, tapi sekarang saya tidak tahu lagi bagaimana nasib teman-teman, " paparnya.

No comments:

Post a Comment