Wednesday, September 20, 2006

Apa sih yang diharapkan dalam sebuah Relationship?

Mmmm... Kadang-kadang pertanyaan seperti diatas sering banget terlintas di kepala. But, gue gak pernah ingin ngejawab ajah untuk saat ini. Karena yang gue liat masih kabur. Bukan gwe gak menikmati hubungan gwe saat ini, but the question is..... 'Apa sih goal yangue raih 4 the future?' Mungkin ini yang ngebuat gue mencari figur yang lebih diposisikan sebagai partner. Partner ini dalam arti, seseorang yang bisa diajak kerjasama dalam berbagai hal. Suatu bentuk ketergantungan yang tidak 'cengeng' tapi sebagai suatu hal yang bisa 'menyemangati'. (Sebenernya hal ini yang pernah buat hubungan gwe terganggu, dan gue coba untuk memulai lagi dengan bentuk yang lebih baik)Dengan posisi ini gue pikir akan lebih bisa membina hubungan lebih lama. Mungkin ini goal yang bisa gue dapet untuk hari ini.

Ada yang bisa bantu saya untuk menjawab pertanyaan ini?

First of all: Entahlah, aku gak terlalu yakin bahwa reply-ku cukup relevan dengan isi email kamu.

Yang jelas: aku pernah baca di suatu majalah (manajemen) tentang relation antar 2 orang rekan sekerja (sesama cowok). Gak specific gay emang, tapi agak-agak bernuansa gay sih (buat gua :-) -- soalnya sesama cowok sih). Ada beberapa macam tipe: mentor-apprentice, partner-in-crime, dll. Aku sering memandang bahwa aku prefer hubungan seperti mentor-apprentice itu.

Aku udah beberapa kali nyoba cari jalan untuk mendapatkan mentor yang tepat buat aku. Capek juga rasanya mempelajari semua hal sendirian (seperti yang udah gw lakukan selama ini). Ya, emang ada bagusnya sih

(gw di satu sisi bersyukur): gw cepet belajar, otodidak, etc. Tapi, kadang-kadang rasanya perlu juga belajar sesuatu dari orang lain. Ada semacam thirst untuk itu.

Yah, so far belum berhasil juga.

Nah terkait dengan mentorship itu, aku juga pernah baca tulisan di http://www.narth.com/

Tepatnya http://www.narth.com/docs/donaldson.html

Check it out. I thought you might be interested.

Sebenernya belum terjawab juga....

Sebenernya yang gue temuin untuk saat ini... Being a G, seseorang
harus siap untuk hidup sendiri. Memang untuk periode umur 40 ke
bawah, semua maih bisa diatasi. Tetapi untuk seterusnya merupakan
masa-masa yang harus siap, mau tidak mau untuk hidup sendiri.
Kedengaranya pesimis, tapi menurut saya memang harus begitu.

Tahapan kehidupan, seperti lahir, remaja, menikah, punya anak,
bekerja, ..... dan seterusnya hingga tua dan akhirnya kembali pada
sang khalik harusnya terjadi mengalir untuk orang kebanyakan. Tapi
ini bukan untuk kehidupan KITA. Tahapan menikah, punya anak dan hidup
berkeluarga yang seharusnya merupakan 40% dari masa kehidupankita
harus diloncati. Apa yang bisa kita lewati untuk melewati 40% hidup
yang tidak bisa kita lewati itu?

Jawabannya mungkin cuma... Bersiap diri.... Seperti mematok angan
pada suatu tujuan hidup yang bisa kita lewati sendiri.

Bisa gak ya, sebuah G Relationship bisa bertahan hingga tua? Apa ya
yang bisa membuat itu terwujud? Atau apakah G Relationship memang
hubungan dalam periode pendek saja, sehingga besar kemungkinan untuk
terus berganti pasangan? Atau kita sendiri yang merasa tidak
mebutuhkan sebuah hubungan setelah menginjak kedewasaan? Saya belum
tahu....

Sekedar sharing, ketika saya pertama kali memutuskan untuk hidup
sebagai seorang gay yang terbuka (artinya menjalani life style
sebagai seorang gay yang tidak sembunyi-sembunyi atau tidak mengikuti
jejak teman2 hetero saya yang lain dengan menikah), saya sudah punya
pemikiran akan risiko terburuk yang akan saya hadapi dengan pilihan
hidup saya ini.

Selain penyakit, diantara risiko itu adalah: bahwa saya harus siap
hidup sendiri. Bukankah tidak ada jaminan bahwa relasi yang akan saya
miliki nanti akan awet, bahkan tidak ada jaminan bahwa saya akan
memiliki pasangan? Sekalipun saya saat ini sudah memiliki pasangan,
siapa yang tahu apa yang akan terjadi 10 atau 20 tahun mendatang?

Bicara soal risiko, setiap pilihan (entah itu menikah dengan
perempuan & berkeluarga, melajang, hidup bersama dengan pacar pria
kita, secara terbuka atau tertutup) pasti selalu mengundang risiko.
Dan tidak ada jaminan apapun yang bisa kita terima. Semuanya
UNPREDICTABLE. Ini fakta.

Kalau pernikahan hetero di Indonesia bisa dikatakan "lebih
terjamin" dengan nilai2 tradisional tentang "perkawinan" yang
konservatif, saya bisa mengerti bahwa ikatan perkawinan dan kehadiran
anak2 bisa lebih menjamin kelanggengan suatu hubungan. Sekalipun ini
tidak menjamin kebahagiaan batin yang sesungguhnya, dan juga tidak
ABSOLUT sifatnya melihat banyak juga perkawinan hetero yang dilakukan
pria2 gay yang hancur berantakan.

Tapi setidaknya, saya telah jujur dan bahagia dengan pilihan hidup
saya ini, dan saya tidak akan kaget kalau toh suatu saat nanti saya
diperhadapkan oleh risiko "kesendirian" itu, sebab sejak awal saya
sudah tahu risikonya.

Paling tidak, ditengah suasana yang serba unpredictable ini, saya
masih bisa optimis dan berusaha sebaik mungkin mempergunakan
kesempatan yang ada, juga mensyukuri hadirnya orang2 yang berarti
dalam hidup saya seperti teman dan sahabat.

Itu yang memberi saya motivasi dan inspirasi untuk menjalani hidup
ini dengan sukacita.

ga ada bedanya dengan
apa yg semua manusia di bumi
harapkan dari sebuah relationship

to satisfy their need of affection!

perhatian
kasih sayang
dukungan
rasa aman dan nyaman

seperti yang gw juga cari skg
sadar kalo cerita-cerita gw di milis sebelumnya
musti berakhir ga bahagia

relationship yg kami usahain buat bertahan
sama aja dengan melukai satu sama lain

dan gw semakin yakin

kita semua bisa berharap apa saja untuk sebuah relationship
tapi kenapa baru sedikit dari kita yang bisa mewujudkan
mungkin ada saatnya kita bertanya pada pasangan kita
setelah kita bertanya pada diri sendiri

because it takes two...

No comments:

Post a Comment