Friday, March 30, 2007
Kasus Homoseksualitas
Imam Nurmawan wrote:
Assalamu'alaikum wr. wb.
Ketika menunaikan shalat Jum'at kemarin, Khatib menyoal homoseksualitas yang menyebabkan bencana. Beliau menyinggung tentang kaum Nabi Luth as, lalu merefleksikannya dalam konteks kehidupan masa kini. Menurut beliau, perilaku homoseks menyebabkan bencana yaitu menyebarnya HIV, virus yang sampai kini belum dapat disembuhkan.
Memang, jika membahas soal homoseks, bencana yang menimpa kaum Nabi Luth as selalu disinggung. Begitu pula dengan kebencian terhadap perilaku mereka. Hal ini wajar, apalagi Al-Qur'an secara tegas menyampaikan kisah itu.
Kaum Nabi Luth as tadinya adalah penduduk Babilonia (Nabi Ibrahim as juga pernah tinggal di sana). Karena mereka homoseks, mereka dikucilkan dan akhirnya diusir. Mereka lalu mendiriikan kota Sadum (sering juga disebut Sodom dan Gomorah). Karena keahlian mereka membangun gedung-gedung, kota Sadum menjadi megapolitan baru saat itu. Kaum homoseks berkuasa lalu balas menekan kaum heteroseks dengan menjadikan mereka budak. Kaum heteroseks dipaksa membayar upeti atau kalau tidak mereka harus menjadi homoseks.
Lambat laun, seluruh kota Sadum menjadi kaum homoseks dengan menjadikan kaum wanita sebagai budak-budak (dalam hal ini memang tidak disinggung sama sekali tentang lesbian). Karena tidak lagi mendapat upeti, mereka akhirnya merampok barang-barang pedagang. Kaum homoseks di kota Sadum memang memperlakukan diri sebagai elit dengan perlakuan istimewa. Mereka juga sering berpesta-pora dan melakukan tindak kejahatan lainnya. Kepada merekalah kemudian Allah SWT mengutus Nabi Luth as. Istri Nabi Luth as bukan lesbian seperti yang disampaikan sebagian orang. Tapi ia suka menerima bagian harta rampasan para pedagang sebagai imbalan menyebarkan informasi tentang dakwah Nabi Luth as. Akhirnya, istri Nabi Luth as juga menjadi korban dalam bencana yang ditimpakan kepada kaum Nabi Luth as.
Bencana yang terjadi di masa lalu itu menjadi momok yang menakutkan sehingga sering kali ditanggapi secara keliru. Bahkan HIV yang menurut penelitian mutakhir diketahui berasal dari monyet Afrika dianggap sebagai bencana homoseks. HIV seperti halnya virus flu burung yang berasal dari unggas memang penyakit mematikan. Tapi menyalahkan manusia dalam hai ini jelas keliru, karena virus memang berasal dari hewan atau tumbuh-tumbuhan tertentu.
Bagaimana pun hubungan seksual di luar nikah memang merupakan perzinaan, baik heteroseksual maupun homoseksual. Karena itu dampak yang ditimbulkan harus dicermati sebaik mungkin. Begitu pula jangan sampai terjadi eksploitasi secara vulgar sehigga menimbulkan kebencian, apalagi kebencian yang berlebihan tanpa didasari ilmu dan fakta-fakta yang jelas.
Membicarakan homoseksualitas memang riskan. Kemungkinannya muncul tuduhan yang macam-macam. Padahal hal ini harus disikapi dengan tepat untuk kebaikan bersama dalam kehidupan bermasyarakat dan sosialisasi lainnya.
Jalan terbaik adalah meninggalkan perilaku homoseks.lalu menikah. Tentu saja dengan pertimbangan yang benar-benar baik. Bukan untuk menghindari masalah sehingga muncul masalah baru seperti perselingkuhan atau malah menjadi biseksual. Pilihan ini mungkin saja sangat berat dan sulit meskipun bukan berarti tidak dapat dilakukan. Dalam praktiknya, pasangan bisa saling mengerti. Atau mungkin merahasiakan sambil terus melakukan terapi. Bagaimana baiknya jelas sangat bergantung pada situasi.
Jika tidak sanggup menikah, juga didasari kekhawatiran akan menimbulkan masalah maupun khawatir tidak dapat membahagiakan istri misalnya, mungkin saja menghindari hubungan seksual sama sekali. Tentu saja dengan pertimbangan untuk menghindari hal-hal yang tidak dibenarkan dan diinginkan.
Bagaimana jika akhirnya tetap melakukan hubungan seks? Memang ini sangat dipengaruhi beragam sebab, bermacam-macam pula faktornya. Karena hubungan seksual di luar nikah adalah zina, sedapat mungkin hindarilah. Setidaknya jangan menganggap sepele atau bersikap masa bodoh. Kesadaran hal ini menjadi penting karena dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah Maha Pencipta. Dalam keyakinan sebagai makhluk-Nya, Allah Maha Pengasih Maha Penyayang. Jika tidak menyadari hal ini, sangat dikhawatirkan justru akan terlibat dan terjebak pada hal-hal lain yang justru malah lebih buruk. Tapi kemungkinan ini jelas sangat bergantung pada kondisi masing-masing individu.
Tulisan ini saya sampaikan mudah-mudahan untuk memberi gambaran yang lebih jelas. Bagaimana baiknya tentu saja terserah pendapat masing-masing. Saya hanya berharap semoa tulisan ini memberi manfaat dan wawasan yang lebih baik.
Salam.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment