taken from Kompas
EI (emotional intelligence) atau kecerdasan emosional, akhir-akhir ini menjadi sorotan masyarakat kita dan sering diperbincangkan. Apa sih kecerdasan emosional itu? Dan mengapa ia menjadi lebih penting dari pada IQ (Intelligence Quotient) atau sering hanya disebut dengan intelegensi (kecerdasan). Lalu apa kaitannya antara kecerdasan emosional dengan masalah pacaran?
Sering kita mendengar bahwa IQ atau kecerdasan menjadi patokan cerdas tidaknya seseorang. IQ juga menjadi syarat untuk memasuki dunia sekolah ataupun pekerjaan, tentu saja dengan jumlah IQ di atas rata-rata. Kata intelegensi berasal dari bahasa latin intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain, sedangkan pengertian intelegensi memberikan bermacam-macam arti.
Ada yang mendefisinikan intelegensi sebagai daya atau kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir (otak) yang dimilikinya. Di sini dapat kita lihat bahwa kecerdasan erat kaitannya dengan masalah penyesuaian diri terhadap masalah yang dihadapinya. Orang yang memiliki intelegensi tinggi akan lebih cepat dan lebih tepat di dalam menghadapi masalah-masalah baru bila dibandingkan dengan orang yang kecerdasannya kurang. Intelegensi seseorang dapat diungkapkan dengan sebuah alat yang disebut dengan tes intelegensi (tes IQ). Seorang ahli psikologi menggolongkan IQ sebagai berikut: kecerdasan rata-rata dengan angka IQ 90-109; di atas rata-rata dengan angka IQ 110-119; cerdas dengan angka IQ 120-129; dan IQ di atas 130 untuk kategori jenius (cerdas sekali).
Kecerdasan Emosional
Lalu apakah orang dengan IQ yang rendah atau rata-rata tidak akan seberhasil orang dengan IQ yang tinggi? Pemikiran inilah yang kemudian memunculkan pentingnya kecerdasan emosi untuk menandingi kecerdasan. Inilah tantangan bagi mereka yang menganut pandangan sempit tentang kecerdasan, dengan mengatakan bahwa IQ merupakan masalah keturunan atau bawaan (genetik) yang tidak bisa diubah lagi, sekalipun oleh pengalaman hidup seseorang.
Lalu bagaimana dengan adanya kenyataan bahwa orang yang ber-IQ tinggi pun bisa gagal sedangkan orang yang ber-IQ rata-rata menjadi sangat sukses dalam hidupnya. Apakah yang menyebabkan itu semua? Di sinilah kecerdasan emosional memegang peranan penting, di mana ia mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Keterampilan-keterampilan seperti ini dapat diajarkan kepada anak-anak semenjak dini, untuk memberi mereka peluang yang lebih baik dalam memanfaatkan potensi yang ada dalam diri mereka.
Apakah emosi itu? Emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu atau setiap keadaan mental (psikologis) yang hebat atau meluap-luap. Walaupun bentuk emosi itu bermacam-macam yang bahkan terkadang sulit untuk kita definisikan karena terkadang emosi itu bercampur aduk menjadi satu. Berbagai macam emosi tersebut bisa dikategorisasikan menjadi amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu.
Walaupun demikian, daftar pengelompokan emosi ini tidak menjawab setiap pertanyaan bagaimana pengelompokan bermacam-macam emosi tersebut dimaknai. Misalnya, bagaimana tentang perasaan yang campur aduk seperti iri hati, variasi antara perasaan marah yang juga mengandung sedih dan takut? Hal
inilah yang masih menjadi tantangan bagi para psikolog untuk terus menemukan jawabannya.
Keterampilan mengelola emosi
Cinta yang merupakan bentuk emosi yang sangat populer terutama bagi kalangan remaja, mengandung unsur-unsur penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih. Pacaran adalah sebuah proses saling mengenal, memahami dan menghargai perbedaan diantara dua individu. Dalam proses ini tentu saja keterampilan mengelola emosi sangatlah diperlukan untuk kesuksesan dalam berpacaran secara sehat! Keterampilan mengelola emosi tersebut meliputi :
- mampu mengidentifikasikan serta mendefenisikan perasaan yang muncul
- mampu mengungkapkan perasaan, mampu menilai intensitas (kadar) perasaan
- mampu mengelola perasaan
- mampu mengendalikan diri sendiri
- mampu mengurangi stres
- mampu mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan.
Selain keterampilan emosional, keterampilan yang berkaitan dengan kecerdasan (kognitif - dalam bahasa psikologinya) juga penting.
Keterampilan seperti melakukan monolog (berbicara kepada diri sendiri) atau melakukan dialog batin untuk menghadapi suatu masalah; dapat membaca atau menafsirkan isyarat-isyarat sosial, misalnya mengenali pengaruh sosial terhadap perilaku kita dan melihat dampak perilaku kita tidak hanya dengan kacamata pribadi akan tetapi dengan pandangan (perspektif) yang lebih luas yaitu masyarakat di mana kita tinggal; menggunakan langkah-langkah yang tepat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan memperhitungkan risiko-risiko yang mungkin akan terjadi; mampu memahami sudut pandang orang lain; memahami sopan santun, perilaku mana yang dapat diterima dan mana yang tidak dapat diterima oleh orang lain atau masyarakat; bersikap positif dan optimistis; serta mampu mengembangkan harapan-harapan yang realistis tentang diri sendiri dan masa depan kita.
Keterampilan berperilaku
Untuk melengkapi keterampilan emosional dan kognitif, ada satu lagi keterampilan yang harus kita kuasai untuk dapat berhasil dalam kehidupan kita (termasuk dalam berpacaran... ) yaitu keterampilan dalam berperilaku. Perilaku kita mencakup dua hal yaitu perilaku verbal dan perilaku nonverbal. Perilaku verbal adalah perilaku yang diwujudkan dengan kata-kata, misalnya mampu mengajukan permintaan-permintaan dengan jelas (misalnya minta duit, minta cium, minta mobil...he..he..), menanggapi kritik secara efektif, mampu bersikap asertif (tegas dan terbuka) untuk menolak pengaruh-pengaruh negatif (no drugs ... no hubungan seks...), dan mampu mendengarkan orang lain. Sedangkan perilaku nonverbal adalah perilaku yang diwujudkan dengan sikap tubuh, ekspresi wajah (seperti cemberut, tersenyum, dan seterusnya..), pandangan mata (melotot, melirik, ...), dan lain-lain.
Manusia dikarunia Tuhan tiga kemampuan tersebut yaitu kecerdasan, emosi dan perilaku, tinggal bagaimana kita mengelolanya sehingga mampu melengkapi satu sama lain.
Kecerdasan emosi tidak hanya penting dan perlu untuk pacaran saja, akan tetapi juga untuk kesuksesan kita dalam mengarungi hidup ini. Sudah cerdaskah kita secara emosional? Ataukah kita justru berada dalam golongan orang yang tidak atau belum mampu mengendalikan emosi kita ...
Saatnyalah kita mulai melatih kecerdasan emosi untuk menghadapi tantangan hidup yang kian sulit dan .... Selamat Berlatih!!!
Nur Rokhmah Hidayati dan Yahya Mashum PKBI DI Yogyakarta dan PKBI Pusat
No comments:
Post a Comment