Sumber: Pikiran Rakyat
dr. TEDDY HIDAYAT, SpKJ (Psikiater) wrote:
YANG dimaksud dengan homoseksual adalah rasa tertarik secara perasaan (rasa kasih sayang, hubungan emosional) dan atau secara erotik, baik secara lebih menonjol (predominan) atau semata-mata (eksklusif), terhadap orang-orang yang berjenis kelamin sama, dengan atau tanpa hubungan fisik (jasmaniah). Homoseksual saat ini tidak lagi dikategorikan sebagai suatu gangguan atau penyakit jiwa ataupun sebagai suatu penyimpangan (deviasi) seksual atau parafilia. Karena homoseksualitas merupakan suatu fenomena manifestasi seksual manusia, seperti juga heteroseksualitas atau biseksualitas.
Beberapa pertimbangan atau perkembangan pengertian homoseksualitas sehingga tidak lagi digolongkan sebagai suatu gangguan atau penyakit antara lain:
- Homoseksual terdapat pada hampir semua bentuk budaya dan lapisan masyarakat. Di sepanjang sejarah dan di belahan dunia manapun selalu ada pria yang mencintai pria atau wanita mencintai wanita. Mereka ada di antara kita, baik secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Di negara-negara tertentu mereka diterima kehadirannya dan diperbolehkan secara terus terang keberadaannya. Di Indonesia keberadaan kaum homoseksual juga ditoleransi, meskipun secara terbuka kurang disukai.
- Tingkah laku homoseksual dapat pula terjadi di antara orang-orang yang secara menetap tidak berorientasi homoseksual, misal penghuni penjara karena kurangnya kontak dengan lawan jenis. Anak-anak dalam usia pubertas juga kadang melakukan hubungan homoseksualitas untuk melampiaskan rasa ingin tahu, coba-coba dan mereka tidak menganggapnya sebagai kegiatan homoseksual. Penelitian yang dilakukan Kinsey terhadap 11.000 orang masyarakat di AS diperoleh data sebagai berikut:
37% pernah mengalami hubungan homoseksual sampai orgasme antara usia adolesen sampai lanjut.
13% hubungan homoseksual terjadi secara predominan sedikitnya selama tiga tahun antara usia 16-55 tahun, tetapi hanya 4% yang terus menetap selama hidup.
13% mempunyai reaksi erotik dengan laki-laki sejenis sesudah masa kanak-kanak meskipun tidak mengalami kontak genital sesudah masa adolesen.
50% dari laki-laki yang tetap singgel sampai usia 35 tahun mempunyai pengalaman homoseksual over sampai orgasmus sejak usia adolesen.
Kehidupan para homoseksual ada yang sukses dan ada pula yang tidak, profesi mereka beraneka ragam, demikian pula jenjang pendidikannya, ada yang menikah ada pula yang tidak menikah.
Ada yang merasa bahwa homoseksual bukan merupakan bagian dari dirinya, sehingga harus dihilangkan (ego distonik), tetapi ada pula yang merasa cocok dengan orientasi seksual seperti itu (ego sintonik). Mereka ada di sekitar kita dan belum tentu kita mengenalinya, mereka dapat menyerupai orang-orang yang heteroseksual dan menyangkal terhadap orientasi seksualnya. Perilaku mereka tidak ada bedanya dengan manusia lainnya, gangguan jiwa dan kejahatan di antara mereka tidak ada bedanya dengan heteroseksual. Itulah homoseksual, tidak ada seorang pun di dunia ini yang mau dan tahu akan dilahirkan untuk menjadi seorang homoseksual.
Adanya stigma di masyarakat menyebabkan mereka tersudut dan menjadi objek dan sasaran cemoohan atau celaan. Inipun terjadi di lingkungan keluarga, misalnya orang tua sulit untuk menerima kehadiran anak yang "gay". Buat keluarga besar (bukan keluarga batih), pengungkapan diri ke luar lebih terasa sulit karena hal ini berarti memberi malu atau aib bagi lingkungan yang lebih besar, bahkan hingga para leluhur keluarga. Adanya homoseksual dalam keluarga masih dapat ditoleransi asalkan kehormatan diri dan keluarga tidak diganggu.
Pada homoseksualitas dapat dijumpai adanya problem psikologis. Seorang pria dewasa muda homoseksual yang tidak dapat berdamai dengan dirinya sendiri, akan menyebabkan munculnya gejala-gejala gangguan kejiwaan. Gejala gangguan jiwa tersebut dapat berupa depresi, ansietas, fobia, panik, bahkan dapat terjadi sampai gangguan psikotik. Pada umumnya mereka datang ke fasilitas medis untuk berobat masalah posikologik yang mereka alami. Meskipun mereka mungkin saja menyesali homoseksualitasnya dan datang ke dokter untuk mengubah orientasi seksualnya.
No comments:
Post a Comment