Wednesday, January 10, 2007

Ayahku Astuti



Rozy Setya wrote:

Dear all,

menonton film "ayahku astuti" tadi malam di RCTI benar2 menggugah perasaan saya.Tentang seorang pria yang percaya bahwa menjadi Waria adalah takdir hidup, bukan pilihan hidup. Astuti, demikian nama warianya adalah anak tunggal yang demi ibunya yg ingin anaknya hidup secara normal rela untuk menikahi seorang gadis dan memutuskan hubungannya dengan pacar prianya.

Banyak hikmah positif yang dapat kita ambil dari film ini, tentu saja dari sudut pandang PLU, bagi kaum straight malah mungkin kebanyakan sisi negatif yg muncul, hal ini yang sangat saya sayangkan, karena keberanian media sekarang mengemukakan cerita marginal justru tampa disadari semakin menyudutkan kehidupan marginal itu sendiri.Bagaimana mungkin kaum straight dapat mengerti apalagi menerima prilaku astuti yang harus menenggak minuman keras terlebih dahulu ketika berhubungan dengan istri, bagaimana mungkin kaum straight bisa menerima kelakuan astuti yang kelayapan dan mulai mencetuskan diri dengan berpakaian wanita justru pada saat sang istri berjuang mati2an melahirkan sang anak, mengapa astuti harus mendatangi istrinya dengan berpakaian perempuan justru pada saat istri dalam keadaan lemah sehabis melahirkan?dan bagaimana mungkin astuti berani menerima kedatangan mantan pacarnya dan berpelukan mesra dirumah nya sendiri, bahkan didepan mata sang
istri?bodoh sekali!hal ini justru membuat kamun straight menganggap astuti adalah sosok yang kejam dan tidak berperasaan sama sekali, tapi khusus kasus yg trakhir jadi termaafkan dengan acting dina lorenza (yang sangat cantik nyaris seperti dewi!) dan mathias muchus (acting tentu tidak diragukan lagi)pada saat dina merobek2 foto astuti dengan pacarnya dan berteriak bahwa dia telah ditipu selama ini.

ironis memang, pada saat bersamaan pilihan yang ada hanya akan menyakiti semua pihak, sekalipun astuti berniat untuk belajar mencintai maya (Dina) tapi astuti juga tak mungkin menipu dirinya sendiri.

seperti halnya film indonesia yang lain, tentu banyak hal yang tidak mungkin dan tidak masuk di akal, kok bisa seorang astuti dari keluarga berada dan kebetulan anak tunggal bisa secepat itu hidup melarat?kenapa astuti begitu rapuh dan nyaris seperti tidak mempunyai teman/pacar? bahkan hingga 23 tahun?mengapa scene astuti pada saat berhias selalu saja dalam keadaan sedih?pada faktanya justru seharusnya astuti tersenyum puas ketika berhias sesuai dengan pengetahuan atau prilaku kita selama ini:)

lepas dari itu semua, acting mathias dan dina patut diacungi jempol, dan kelebihan film ini yg menurut saya paling menonjol adalah keberanian untuk menampilkan sosok waria yang tidak melulu harus lucu, hina, berdosa, taubat, prilaku sex rendah dan macem2 seperti sinetron2 selama ini.juga make up mathias yang tidak menor walau menurut saya mathias salah wig, wig tersebut justru malah membuat dia seperti nenek2! ada juga satu hal kecil tapi menurut saya adalah peran penting yaitu seorang anak yang mengamen dengan lagu berbahasa Aceh (ada yg tau lagu itu?ada MP3nya ga?kirim dunk!)

Kembali ke atas, sisi (mungkin) positif yang kita dapat dari film ini adalah bagaimana kita harus dan harus kembali mengkaji ulang tentang pernikahan dengan perempuan... .apalagi sampai mempunyai anak, apakah kita pernah berpikir jauh kedepan terlebih dahulu ketimbang harus membahagiakan orang banyak sekaligus juga akan mengorbankan orang banyak, pernahkah kita berpikir bahwa hidup yang demikian akan menjanjikan kebahagiaan? saya sendiri belum tau, toh saya juga belum menikah dan belum kepikiran menikah, tetapi, sedikit banyaknya kisah dalam film tersebut pasti pernah atau akan dialami oleh PLU yang menikah.keberanian astuti untuk menunjukkan jati dirinya dalam waktu relatif singkat adalah satu kelebihan dan keberanian astuti, saya tak bisa membayangkan bagaimana PLU yang bertahun, belasan tahun, bahkan puluhan tahun harus mengalami hidup dalam kepura2an, ketakutan, sembunyi2, yang pada intinya adalah penderitaan yang dengan terpaksa hanya bisa disembunyikan
dan dipendam sendiri!banyak yang tidak tahan, hingga akhirnya memilih untuk lepas daripada harus menjadi "Om senang" yang tidak bebas dengan mengorbankan kehidupan orang2 terdekat yang notabene adalah lingkungan ciptaannya sendiri!EGOIS! !!

ada scene dalam film tersebut yang diucapkan oleh dina bahwa dirinya telah ditipu!benarkah? benarkah PLU yang menikah secara tidak langsung telah menipu orang2 yang menyayanginya? bagaimana perasaan perempuan apabila kita empati menghadapi penipuan tersebut?dan bagaimana pula ketika hal itu terbongkar setelah bertahun2??? alangkah menyedihkan. .....saya bahkan ga berani membayangkan, saya jadi setuju langkah Dina untuk melarikan anaknya pergi demi melindungi sang anak dari kehancuran hati seperti halnya yang dina sendiri alami.
saya bingung,.... .....saya sendiri tidak tau harus melangkah kemana...hanya satu hal yang saya tau....

SAYA TIDAK MAU MENJALANI HIDUP SEPERTI YANG DIALAMI ASTUTI!

Salam!


i wrote:

humm... yepp
kebanyakan selalu diceritakan gay / banci yang menderita
mungkin karena itu satu2nya pendekatan pada masyarakat awam
untuk bisa memahami kehidupan PLU

orang indonesia lebih mudah dipengaruhi
dengan memasukkan unsur ketertindasan
liat aja sinetron ngetop jaman skg, apalagi buku harian nadia (begitu bukan sih judulnya)

tapi ngga juga siy...

dalam beberapa serial bajaj bajuri
kaum waria, bisa berteman dengan oneng
trus mas gay yang bikin masalah di rumah si utjup, meski di sana digambarkan psiko, mereka baik-baik saja

trus si emon, yang berteman baik dengan mas boy

untuk selalu ngelihat kehiduoan gay kaya di serial TV dan layar lebar seperti arisan
dimana gay ditampilkan sebagai cowo ideal yang bahkan cewe2 pun ngiler
badan bagus, tajir, sukses, ...

hummm..
dengan pembentukan stereotype seperti itu
gw pikir justru ngga akan mendidik masyarakat untuk melihat realita kehidupan gay
malah menjual mimpi untuk PLU

memperlihatkan, kehidupan gay ideal seperti ini loh...
musti punya / menjadi cowo cakep, badan bagus, tajir, sukses, saling mencintai

terus akhirnya secara ngga sadar gw jadi berpikir
benarkah di situ letak kebahagiaan menjadi gay??

apakah ini berarti untuk gay yang biasa-biasa aja
yang ga punya pekerjaan tapi mimpi bisa jadi presenter kondang
yang disingkirkan dari lingkungan, dan menghabiskan waktunya buat chatting online
yang ga punya tampang dan selalu tersingkirkan kalo udah ajang trade pic di mIRC
yang keliatan menor banget meski udah berusaha berdandan a la kridsayanti

ngga ada kesempatan untuk memperoleh kebahagiaan? ?...

( i took a deep breath )

tapi tenang aja..
boleh jadi sebagian PLU memimpikan pasangan ideal seperti di arisan
atau mempunyai ambisi besar mengalahkan indra bekti dan ivan gunawan sekaligus

semuanya tergantung pada masing-masing
untuk mengingatkan diri sendiri
i have what i got.. and i'll make cherish to it
syukuri apa yang udah kita miliki

No comments:

Post a Comment