Haiii...pembaca, terlambat dan terlambat lagi. Ini, sudah lewat jam 5 pagi di Jakarta. Hah, terjadi insiden kecil malam tadi, di tengah hujan deras yang mengguyur Jakarta, mobil saya nyaris "mencium" sebuah motor di perempatan jalan. Motor yang dinaiki pasangan muda dengan bayi mungil itu mendadak "nyelonong" di depan saya dengan kecepatan tinggi, untung saja, kendaraan bisa direm mendadak, namun, motor sempat oleng dan jatuh mak bruk tepat di depan saya. Darah rasanya naik ke kepala melihat si bayi ikut terjatuh, bayangan penjara dan ribet-nya urusan polisi langsung melintas, belum lagi kalau dikeroyok massa --karena dalam setiap kecelakaan di jalan raya, biasanya pengendara mobil yang disalahkan. Setelah diperiksa di sebuah Klinik 24 jam, tak ada yang cedera, hanya saja si kecil terus menerus menangis karena kaget. Insiden berakhir damai, namun saya harus kehilangan waktu, dan semua pekerjaan terlambat. Tak apa ya pembaca, yang penting saya masih bisa menjumpai Anda, jam berapapun itu ..dan lebih penting lagi, si bayi tak mengalami cedera, rasanya tak ada yang lebih baik dari itu hari ini ...
Hmm, apa topik KOLOM KITA (KoKi) hari ini? Orientasi seksual, mesti tak seramai bahasan soal MLM, cukup menarik minat pembaca, dan mengejutkan sekali, saya menerima email dari istri seorang gay, yang merasa "tertipu" dan tertekan menghadapi orientasi seksual pasangannya, ditambah cerita menarik seputar gaya hidup gay di Amerika yang ditulis Pita Jingga.
Jenis hubungan laki-laki gay dan perempuan lesbian hingga kini masih dianggap kurang lazim, ganjil, bahkan "tidak normal". Kehidupan gay seakan-akan kotor. Isinya cuma mencari pasangan seksual, bercinta di rimbunan bambu, atau berciuman di pinggir pantai. Padahal, banyak yang berhasil dan memberikan kontribusi bermanfaat. Seperti George Michael, penyanyi asal Inggris, yang lagu-lagunya banyak digandrungi orang. Hanya saja, kalau lagu-lagu cintanya dulu menyangkut wanita, belakangan lagu-lagu jenis itu dimaksudkan untuk pria. Tak sedikit pula, yang menjadi wiraswasta, karyawan salon, hotel, pelayan toko, buruh, dan guru.
"Don’t ask and don’t tell", kata Clinton. Tidak usah bertanya orang lain gay atau tidak, atau mempromosikan diri gay, tapi akuilah dengan jujur jika ada yang bertanya. Kejujuran penting, berterus terang itu perlu, terutama bagi gay yang punya obsesi menikah dan memiliki anak, tapi tidak tergetar dengan wanita. Jangan sampai ada istri yang merasa tertipu, dapat "kucing dalam karung", seperti cerita Indo di bawah nanti.
Begitulah, tak ada salahnya kita menyelami hubungan antarmanusia di sekitar kita. Realita kaum gay adalah kepahitan, hubungan itu amat rumit dan sulit dipahami, sebuah kehidupan yang acap dipandang sebagai "the other", namun itu tidak berarti kita harus tetap selalu tak saling mengerti -- mereka orang-orang biasa, kebetulan adalah gay, dan mereka bagian dari dunia kita juga.
Selamat membaca ...
************************************
Bagian I: SURAT-SURAT ANDA
Salam Toleransi dari Castro, San Francisco, Ibukota Gay Amerika !
(Pitajingga-Amerika)
Hi Anirevez !
Apa kabar, Anirevez ? Aha, kenapa pula nama anda saya bolak balik segala ? Kawan saya bilang, inovasi bok !!! Kan, katanya harus ada "alternative", kudu "creative", dan "think outside the box" ? Agar skor kita satu sama, panggil saya "pitajingga" dari San Francisco. Di zaman internet yang serba "real time" ini, kadang sebel juga kalau kolom ini suka sembunyi beberapa hari, pake excuse lagi. :) Cuman, berhubung saya menghayati KOKI sebagai "chicken soup for soul" and "just for fun", saya sering menanti KOKI seperti menunggu surat waktu pacaran. Hmm.. asyik dah, ada deg-degan-nya segala. :) Ceila ! Thanks buat Anirevez yang bikin penasaran Dunia Kompas Maya !
Terus terang, sudah lama gatel juga jemari ini menyentuh keyboard untuk menulis tentang "neighborhood" dan gaya hidup komunitas tempat saya tinggal di Amrik. Soalnya memang belum ada yang cukup nekad menulis isu ini di KOKI. He...he.., ! Saya tinggal tidak jauh dari Castro, pusat-nya kaum gay lesbian di seluruh penjuru Amerika ! Terus terang saya terdorong menulis ini karena simpatik dengan banyaknya gay, lesbian dan transgender yang mengalami pelecehan dan diskriminasi di Indonesia. Masih ingat kan, tiap baca Pos Kota isinya waria mati tenggelam di sungai gara2 dikejar razia polisi ? Anda semua mungkin tersenyum, tapi itulah kenyataan pahit yang ada. Lewat KOKI, ada perlunya saya dan anda salut buat KONTRAS, LSM-nya almarhum mas Munir, yang bikin resolusi simpatik buat kaum yang "dimarginalkan" ini. Lihat Pernyataan Tertulis LSM Indonesia pada Sidang Komisi Hak Azasi Manusia yang ke-62 di Geneva, Swiss Februari lalu di www.kontras.org.
Distrik Castro memang bukan Fidel Castro ! Bukan pula Lapangan Banteng ! Distrik Castro terletak di ujung jalan utama San Francisco, Market Street. Lokasinya pas di bawah Twin Peak, puncak bukit paling tinggi di kota tepi teluk nan indah. Daerah ini menjadi terkenal di seluruh dunia karena menjadi semacam koloni pemukiman gay dan lesbian di sini sejak awal tahun 70-an. FYI, tidak semua masyarakat Amerika yang dikenal bebas ini menerima orang gay, lesbian, transgender dan biseksual secara terbuka ! Dan Castro lebih terkenal lagi oleh gerakan-2 persamaan hak kaum gay lesbian serta terbunuhnya salah satu
pemimpin aktivis gay yang kebetulan adalah salah seorang San Francisco Supervisor (semacam Ketua DPRD), Harvey Milk di tahun 1978. Tokoh gay ini dianggap sebagai martyr buat perjuangan persamaan hak kaum LGBT (Lesbian Gay Bisexual Transgender).
Begitu memasuki Castro, orang akan disambut dengan bendera pelangi yang gedenya auzibilah. Konon, rainbow flag ini merupakan lambang keberagaman (diversity), kebebasan, perdamaian dan harapan buat kaum gay dan lesbian. Pasangan gay dan lesbian yang sudah "married" biasanya menancapkan bendera pelangi di depan rumah atau apartemennya. Di Castro kita bisa temukan Castro Theatre yang terkenal, bioskop tempo doeloe yang menjadi landmark kawasan ini. Berhubung pemukiman, anda bisa temukan bermacam restoran, kedai es krim Ben & Jerry, gay bar Twin Peak di sudut jalan, hardware store, toko obat, bank, tempat laundry, toko buku, toko kamera, kantor praktek dokter-psikolog-tukang ramal, fitnes center, biro perjalanan, sekolah, kantor pos dan bahkan gereja dengan pendeta lesbian ! Semua fasilitasnya "gay-friendly" ! Jangan kaget kalau billboard iklan di daerah Castro bergambar dua pria berbadan gempal pake celana jeans dan gak pake baju dengan tulisan "are you ?" dari www.gay.com. O ya, ada gereja Indonesia yang nebeng di gereja bule di kawasan ini !
Turis-turis mancanegara umumnya merambahi daerah Castro dengan jalan kaki atau naik trem historis San Francisco (F-Line). Ini berbeda dengan gaya sebagian turis Indonesia yang mampir ke Castro. Naik boil, bok ! Kayak browsing di Taman Lawang aja, man ! Teman saya yang tour leader kadang membawa group tour West Coast ke sini dan umumnya naik mini bus. Tiap kali ngebawa grup tur dari Jakarta ke sini, tante-tante biasanya ketawa cekikikan. Paling seru kasi komentar menebak siapa diantara pasangan gay yang berperan sebagai "suami" atau "istri". Dan ujung-ujungnya, minta diputerin daerah ini dua tiga kali. :) Apa gerangan yang bikin tante2 ini excited ? Berikut sedikit ceritanya.
Castro yang dulunya dikenal sebagai Eureka Valley ini memang sudah menjadi gay tourist destination sejak tahun 70-an. So, orang-orang suka sesama yang datang ke sini biasanya kepingin melihat atau dilihat. Orang2 yang anda temui bisa jadi penduduk lokal atau turis juga. Perlu anda tahu, bahwa Castro bukan wilayah lampu merah tempat orang "jualan". So, semua orang welcome kemari. Sehari-hari anda bisa temui sesama pria tanpa malu-malu bergandengan tangan dan berpelukan. Kalau anda masih "maksa " juga, anda mungkin bisa mencuri pandang pasangan gay yang bercium-mesra sambil duduk2 makan di restoran atau minuman sambil pegangan tangan di kedai kopi atau minum bir di gay bar. Anda2 yang tidak terbiasa mungkin "shock" melihat pria yang kelihatannya bertubuh seperti "Arnold Scwharzenegger" ternyata menggandeng erat partner-nya yang juga cowok kekar berkumis lebat & bertattoo. Sekedar info, bercuci-mata di wilayah Castro, anda bisa menyaksikan pasangan gay dari segala ras, tidak melulu bule dan tidak pula sesama etnis. Mulai dari yang berwajah Asia dengan kulit putih, kulit putih dan kulit hitam, hitam dengan Latino, de es te. Campur bin gado-gado deh. :)
Sama halnya dengan pasangan lesbian. Kita bisa berpapasan dengan lesbian couple yang tua-muda dan berbagai bentuk dan ukuran kaos dari yang XXS sampai Extra Large, yang malu2 dan terang2an ! Di wilayah Castro ini sudah jadi keseharian saya ngliat cewek2 sini yang berpenampilan macho banget memakai setelan jas lengkap dengan rambut cepak crew cut model GI Jane. Belum lagi ketemu dengan cewek2 yang "make a statement" dengan menggundul rambutnya sampai plontos, memakai tattoo di sekujur tubuhnya, menyemir rambut dengan warna pink atau biru dan bahkan pakai tindik (piercing) di telinga, hidung, bahkan tembus di-lidah-nya ! Tentu saja tidak semua yang bertattoo, berjaket kulit, berkepala plontos dan berambut oranye adalah gay dan lesbian, okay ? Saya kira urusan semir rambut, piercing, tattoo, pakaian kulit dan seterusnya adalah bagian dari "pop culture" Amrik. Mohon logika ini jangan dibalik ! Suatu saat saya berpapasan dengan seorang cewek dengan sweatshirt yang gambarnya adalah bendera pelangi dan di bawahnya bertulisan "human" (manusia). So, basically orang2 lesbian dan gay ini pada hakekatnya adalah manusia jua yang mendambakan pengakuan sebagai manusia dari manusi lainnya ! Bukankah kita bisa hidup saling berdampingan, setuju untuk tidak setuju, bukan ?
Aku harap pertanyaan mengapa tante2 dari Indonesia pada cekikikan waktu ke Castro sudah terjawab. Terus terang saya salut dengan komunitas San Fransisco yang begitu toleran, terbuka dan tidak "judgemental" (menghakimi) terhadap kaum gay dan lesbian. Ini tidak terjadi semalam dan perlu perjuangan dan martyr ! Setahu saya, tidak ada yang namanya orang usil atau nyuitin kalau ada pasangan gay dan lesbian yang gandengan tangan, pelukan atau saling ngelus2 di tempat umum. Karena semua orang umumnya maklum dengan First Amendment Amerika yang pada dasarnya memberikan kebebasan expresi kepada setiap insan termasuk LGBT. Saya nggak kebayang apa jadinya kalau pemandangan ginian terjadi di Plaza Senayan. Hmm.. Bisa jadi semua orang pada berhenti ngliatin... Serem ....) Apalagi kalau aktivitas tadi terjadi bar atau restoran. Bisa jadi FPI atau FBR bakalan lebih sibuk dari biasanya. He..he... :)
Setidaknya ada dua event yang meramaikan Castro setiap tahunnya. Yakni, Gay Pride di musim panas dan Halloween di bulan Oktober. Tentang Gay Pride, ini adalah sejenis parade akbar orang-orang gay, lesbian, transgender dan biseksual yang diadakan di sejumlah kota besar Amerika. Salah satu yang paling gede dan menarik jutaan pelancong dunia adalah Gay Pride di San Francisco. Berhubung sudah sering ngliat dan takut kena macet karena jalan2 ditutup, biasanya saya lebih memilih nyantai di rumah nonton parade lewat televisi. Basically karnaval ini merupakan ajang kebanggaan dan kebolehan kaum LGBT sekaligus menunjukkan dukungan masyarakat San Francisco terhadap kaum ini. Dukungannya gak tanggung2, termasuk Walikota San Fransisco dan jajarannya termasuk korps Polisi dan Pemadam Kebakaran San Fransisco. Kadang-kadang Senator dan politisi2 penting ikutan parade sambil nangkring di mobil terbuka. Barusan artis Jennifer Beals yang beken lewat Flashdance jadi grand marshall di acara ini. Tempo hari Margaret Cho, komedian Korean American juga berpartisipasi di hajat besar ini. Pendeknya, semua kalangan masyarakat, LSM, gereja pro gay lesbian di San Fransisco Bay Area mendukung acara tahunan ini. Banyak keluarga gay dan lesbian turut serta. Baru-baru ini saya melihat pasangan gay polisi yang nyantai aja menggandeng anak yang mereka adopsi ikut dalam karnaval tahunan ini. Ini link foto2-nya http://photos.sfsurvey.com/gaypride/
Gay Pride di San Francisco biasanya digelar di sepanjang Market Street dan dibuka dengan kontingen "Dyke on Bike". Dyke ini adalah prokem Amrik buat cewek2 lesbian. Cewek2 ini pada naik motor besar seperti Harley Davidson atau sepeda motor besar semacam Kawasaki, Yamaha. Gak pernah liat Honda Bebek Astrea, man :) Belakangan ada banyak peserta yang memakai Scooter. Ada yang naik motor sendirian, ada juga yang ditemani pasangannya dan bahkan ada membonceng mamanya. Tidak jarang mamanya yang dibonceng dengan membawa tulisan "Proud Mom of Lesbian" ! Ada mama yang bisa menerima anaknya yang lesbian kaya gini di Indonesia ? Suasana Dyke on Bike ini biasanya sangat meriah dan para penonton juga pada having fun menyambutnya. Banyak lesbian yang memakai jaket kulit dan bustiere/ korset doang di event ini. Tapi, seingat saya, setiap tahun ada saja dyke yang lupa pake BH dan ikut karnaval no-bra. Ha..ha..ha :) Mama saya selalu bilang, kok gak takut masuk angin ya ?
Menikah sesama jenis di Amrik ? Tahun 1972 Mahkamah Agung Amerika mengundangkan bahwa wewenang pemberian surat kawin sesama jenis diserahkan kepada negara bagian masing-masing. Cuma negara bagian Massachussetts saja yang mengakui "Pernikahan Sesama Jenis". Negara Bagian California tempat saya tinggal hanya mengakui "Domestic Partnership". Kali ini saya tidak akan membahas teknikalitas terminologi ini. Mungkin yang berikut ini lebih menarik. Dua tahun lalu Presiden Bush ingin membuat illegal pernikahan sesama gay, bahkan melalui perubahan konstitusi, kalau perlu. Mendengar niat itu, Gavin Newson, Walikota San Francisco bereaksi keras dan merespons dengan Pemerintahan Kota San Francisco mulai mengeluarkan "Surat Kawin Sesama Jenis". Saya masih ingat jelas ada antrian panjang di sekitar Balai kota San Francisco dan terlihatlah ratusan pasangan gay dan lesbian yang buru-buru melegalkan status hubungan mereka di City Hall. Saya mendapat kabar bahwa ada satu gay Indonesia yang tidak menyia-nyiakan kesempatan langka ini untuk menikahi partner-nya secara sah di Amrik. Saya dengar kawan kita satu ini pake batik dan kopyah segala. He..he.. Paling tidak ada wakil dari Indo di Amrik, man :)
Langkah Walikota San Francisco tadi membikin geger nasional di Amerika. Sejauh ini kasus ini masih macet di pengadilan. Di dekat tempat saya tinggal, di awal 2004 itu selama beberapa hari saya melihat sejumlah mobil convertible dengan tulisan "Just Married" dengan kaleng yang diikatkan di bumpernya dan rainbow flag. Di televisi, saya menonton pasangan2 gay lesbian mengikrarkan janji sehidup semati bukan sebagai suami-istri tapi sebagai "spouse for life". Di Castro toko sewa gaun dan jas laris dan ada dijual aksesori kue pengantin dua lelaki berpantalon atau dua wanita bergaun pengantin. Waktu itu, hampir setiap minggu diadakan pemberkatan pernikahan gay di gereja yang kebetulan bernama "Bethany" (bukan cabang dari gereja terkenal di Indo) di tengah-tengah Castro. Mau pemberkatan nikah dengan partner anda di Castro ?
Demikianlah sodara2 ! Semoga iklim toleransi dan "acceptance" ala San Francisco ini bermanfaat buat semuanya di dunia maya ! Bravo Anirevez! Salam hangat.
**************
Suami Gay
(Indo di negeri orang)
Zeverina...
Langsung aja yah..saya ingin meresponi tulisan-nya saudara Ardy ttg seksualitas. Saya termasuk kelompok yg tadinya tdk sadar kalo ada (mungkin malah agak banyak), sodara2 kita di luar negeri yg punya kesulitan menghadapi dorongan seksualitas mereka, krn berbeda dari arus utama (heteroseksual). Tp akhirnya saya sadar, karena saya punya jg beberapa teman (kebanyakan cowok), yg walau ndak secara blak-blakan ngaku ke saya kalau mereka mempunya ketertarikan sesama jenis, tp secara implisit membagi cerita2 mereka... misal menyebut teman lelaki mereka sebagai my special friend..etc.. saya jg sekarang sdg hidup di negara orang, dan satu lagi, suami saya, yang orang Indonesia juga, punya ketertarikan sesama jenis...nah lho !!
Saya sendiri tidak tahu sama sekali mengenai hal ini sebelum menikah. Suami saya memutuskan menikah, karena desakan sangat besar dari keluarganya, dan dia mengaku, bahwa dia dengan tulus mencintai saya. Saya percaya itu. Tapi yang membuat saya sangat terluka adalah suami saya tidak mampu untuk monogamous (berhubungan badan hanya dengan 1 orang, dengan saya saja). Dia mengetahui ini sebelum menikah dengan saya, tapi berbohong, dengan menyatakan janji setia ketika kami menikah.
Untuk informasi tambahan, suami sudah mengakui langsung kepada saya (setelah menikah) bahwa sebelum dan sesudah menikah tidak pernah berhenti menjalani hubungan badan sesama jenis secara anonymous, yang artinya "just sex", ndak ada relationship. Saya sendiri tidak bisa percaya awal-awalnya, dan melewati masa-masa penyangkalan diri (denial). Karena suami saya adalah seorang pria yang sangat bertanggung jawab, baik, sabar, dan taat pada agama. Alhasil, saya sekarang terperangkap dalam pernikahan yang sangat membingungkan. Saya tidak percaya saya bisa bercerai, tapi kenyataan di hadapan saya sangat menyakitkan dan sulit sekali. Rasa cinta saya kepada dia tetap ada, walau saya juga sangat sakit hati, karena merasa terperdayai, dijebak, dsb... kok bisa yah?? Saya sendiri sebenarnya juga bingung kalau ditanya apakah ingin suami kembali normal, karena saya tidak terlalu yakin apakah bisa suami "sembuh" dari kebiasaan2-nya yang diakui sudah dilakukan bertahun-tahun.
Seperti yang saudara Andy tulis di suratnya, memang benar, suami saya menunjukkan gejala-gejala yg saudara tuliskan: tidak romantis sejak masa pacaran, selalu menghabiskan banyak waktu di luar rumah, tidak bisa berbicara penuh intimasi. Alhasil, kehidupan seksual kamipun nihil.
Buat teman-teman yang saudara Andy tulis di surat-nya, yang sampai saat ini menunda untuk menikah, karena masih mau menjalani kehidupan cinta sesama jenis, saya punya satu anjuran. Tolonglah jangan menikah untuk menjaga image anda atau utk menyenangkan orang lain (ortu, bos, ato siapa juga), karena pada saat yang bersamaan anda menjerumuskan masa depan orang lain (calon pasangan anda). Kecuali tentunya calon anda paham benar situasi yang akan dia hadapi (diceritakan sebelum menikah). Hadapilah pilihan hidup anda (mencintai sesama jenis) dengan bertanggung jawab, layaknya seorang yang dewasa. Kalau anda tidak yakin bisa setia kepada pasangan anda (istri/suami), janganlah menikah.
Saya paham, bahwa kalian juga ingin berbahagia, mempunya pasangan (bahkan ingin punya keturunan). Tapi, lihatlah saya, apakah menurut anda, wanita seperti saya, juga tidak seharusnya layak berbahagia?
Buat mas Ardy, saya belum nonton film Brokeback Mountain, tp sudah baca resensinya, dan ingin juga menonton. Saya termasuk golongan orang yang setuju tiap orang punya hak utk berbahagia, termasuk juga kelompok orang yang ingin memiliki hubungan cinta sesama jenis (spt di film itu). But how about "the other side" of the Brokeback Mountain? Para istri-istri dua orang cowboy itu bagaimana dong perasaan-nya? Apakah diharap mengerti saja???
Sebenarnya saya kalau punya alamat email-nya Melly Goeslaw ingin curhat juga, siapa tahu jadi inspirasi buat bikin lagu..he..he.. but seriously !!!
No comments:
Post a Comment