Monday, January 8, 2007
Pernahkah kamu berpikir untuk bunuh diri?
Sastrawiguna Ajidharma wrote:
Mungkin artikel ini ada manfaatnya
"Tentamina suicidum", Apa Itu?
Tanya Jawab dengan psikiater :
"Ibu, saya merasa sudah tidak ada gunanya dalam kehidupan ini. Anak saya dua orang dan bulan lalu saya baru saja menikahkan anak perempuan saya. Sebenarnya banyak hal yang saya tidak setujui saat persiapan perkawinan anak saya, tetapi akhirnya saya putuskan mengikuti saja keinginan anak saya itu. Anak laki-laki saya pun sudah besar, ia sudah bisa membantu ayahnya berdagang. Rasanya anak ini pun sudah tidak memerlukan kehadiran saya lagi.
Selama ini, saya selalu merasa berbenturan dalam berbagai kepentingan, baik dengan keluarga maupun dengan orang lain. Saya selalu harus mengalah dan mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan saya sendiri. Saya juga lebih mendahulukan menyenangkan perasaan orang lain daripada memuaskan perasaan saya.
Saya merasa sudah cukup lama hidup. Saya sudah tidak menginginkan apa pun. Mau baju mahal, tas mahal, benda-benda bermerek, banyak saya miliki. Saya pun sudah tidak tertarik apa pun dalam hidup ini. Saya jalani hidup ini hanya karena saya harus hidup." Demikian Ny K (47), dengan lemah dan suara lirih.
"Selama ini, adakah pekerjaan yang Ibu lakukan?"
"Saya membantu suami dalam hal administrasi kantor, tetapi apalah artinya, banyak orang lain yang dapat mengerjakannya. Pekerjaan mengatur rumah tangga pun tidak terlalu sulit, pembantu rumah tangga saya sudah terampil. Dia sudah 10 tahun bekerja di rumah saya. Saya ingin mati, Bu.
Saya memang bekas pasien psikiater karena sering merasa tertekan. Sebenarnya saya sudah beberapa kali mencoba bunuh diri dengan cara menenggak obat-obatan yang ada di rumah. Walaupun sempat beberapa kali pingsan, tetapi usaha bunuh diri tersebut selalu gagal. Saat saya siuman, saya melihat anak-anak saya masih kecil dan saya berusaha bangkit lagi.
Dua hari lalu saya mencoba bunuh diri lagi dengan meminum segala obat-obatan yang ada di rumah, kira-kira 15 butir. Saya dirawat di RS dua hari. Ibu, saya merasa percuma hidup, saya ingin mengakhiri semua ini. Saya sudah tidak bisa menangis, Bu. Air mata saya sudah kering. Saat anak saya menikah, memang keluar sedikit air mata saya, itu pun karena saya sedikit terpengaruh oleh orang-orang yang terharu oleh jalannya upacara." Demikian Ny K melanjutkan.
Bunuh diri
Tentamina suicidum adalah istilah bahasa Latin yang berarti pencobaan bunuh diri. Seseorang yang dalam keadaan depresi berat sering berupaya menghilangkan nyawanya dengan berbagai cara.
Pada Ny K, dia menelan banyak obat-abatan yang dia miliki. Ny K memilih cara itu sebab merasa itulah cara bunuh diri yang tidak akan mempermalukan keluarga yang akan ditinggalkannya kelak.
Orang yang terserang depresi berat merasa dirinya tidak berarti, tidak berguna, tidak memiliki tempat dalam kehidupan sosialnya, biasanya penyendiri, kesepian, merasa mendapat penolakan hakiki dalam penghayatan emosionalnya, tidak bahagia, dan tidak mampu menikmati hidupnya. Hidupnya terasa kosong.
Biasanya orang yang terserang depresi berat adalah individu dengan predisposisi kondisi mental sangat peka, sensitif, dan rentan stresor emosional. Dalam hal ini, ingatan akan perlakuan suami yang memukul perasaannya akan sangat kuat, seperti saat Ny K terpaksa mengantar anaknya ke sekolah dengan mobil yang baru dibeli suami dan tergesek dengan mobil orang. Suami marah sekali sehingga tidak ditegur selama satu minggu. Saat itu Ny K berpendapat, suami lebih menyayangi mobil daripada keselamatan anak dan istrinya. Kenyataan tersebut menggores hatinya selama ini.
Dari usaha eksplorasi anamnesa, terungkap bahwa luka batin yang diderita Ny K adalah merasakan hakikat penolakan emosional mendalam dari suami yang sebenarnya menjadi tonggak bergantung secara emosional. Apa artinya?
Artinya, eksistensi diri sebagai istri, yang notabene seyogianya menjadi belahan jiwa suami, lenyap setelah menghadapi kenyataan perselingkuhan beruntun suami karena suami dalam sekitar 15 tahun terakhir dilimpahi kekayaan amat banyak.
Selama ini, bila Ny K mempertanyakan, suami tidak pernah mengakui perselingkuhannya. Suami malah menunjukkan sikap keras, marah dan membentak, sehingga Ny K terdiam ketakutan, walaupun tetap diliputi kecurigaan berlanjut. Karena Ny K membantu administrasi perusahaan suaminya, ia sering menemukan slip-slip pengiriman uang kepada perempuan-perempuan selingkuhan suami.
Sedih, terhina, dan Ny K benar-benar merasa ditolak hakikat perasaannya yang paling dalam. Pernah Ny K menyelidiki, ternyata suami berselingkuh dengan perempuan dari berbagai tingkat kehidupan sosial, artinya tanpa seleksi suaminya berselingkuh dengan perempuan yang berasal dari kehidupan sosial yang "kurang layak" seperti yang berasal dari panti pijat, pelayan karaoke, sampai istri orang.
Rasa benci, jijik, sebal, marah, sedih bercampur aduk dan memicu serangan depresi pada Ny K. Saat telah menikahkan anak perempuannya, Ny K merasa saat tepat untuk bunuh diri karena perasaan tidak berguna semakin kuat.
Rupanya efek upaya bunuh diri yang terakhir ini paling fatal, sehingga membuat sang suami shock serta menyadari kekeliruannya. Memang kemudian suaminya bertobat dan berjanji akan memusatkan perhatian dan kasihnya kepada Ny K, tetapi luka batin yang diderita Ny K begitu dalam dan tidak bisa begitu saja terobati. Ny K tidak percaya dan merasa dibohongi serta tetap merasa terkelabui terus, walaupun dalam beberapa hari sekeluarnya dari rumah sakit sang suami menungguinya.
Mengembalikan kepercayaan Ny K terhadap suami bukan perkara mudah, kecuali bukti kesetiaan suami harus berlanjut sepanjang hidup. Ny K membutuhkan psikoterapi intensif untuk mengembalikan gairah hidupnya.
Psikolog Sawitri Supardi Sadarjoen
Sumber: Kompas
Labels:
gay support
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment